Salah
satu ciri dari makhluk hidup adalah berkembang biak. Berkembang biak dilakukan
seluruh makhluk hidup untuk tetap melestarikan jenisnya dari kepunahan.
Umumnya, baik hewan maupun tumbuhan bahkan manusia sekalipun bisa berkembang
biak tanpa mengenal tempat dan musim. Namun, pada beberapa jenis makhluk hidup
ada juga yang melakukan perkembangbiakan
pada musim-musim tertentu dan dilakukan beramai-ramai di suatu tempat tertentu.
Berkembang
biak beramai-ramai memang hal yang biasa bagi sebagian hewan, termasuk bangsa
ular dan penguin dan juga penyu laut. Tapi adakah hal yang tak biasa dari
berkembang biak beramai-ramai? Jawabannya ada, dan itulah yang terjadi pada
kepiting merah Australia.
Kepiting Merah Australia atau yang bernama latin Gecarcoidea natalis ini merupakan arthropoda endemik di Pulau
Christmas, Australia, yang tak ditemukan di tempat lain di dunia ini. Di pulau
yang terletak di selatan Pulau Jawa ini memiliki ribuan bahkan jutaan ekor
kepiting merah yang hidup menutupi lantai hutan hujan dan memainkan peran utama
dalam menentukan struktur ekosistem. Tinggal bersarang di tempat teduh.
Kepiting merah justru mati jika berada dalam keadaan kering dan panas dari
sinar matahari langsung. Kepiting merah umumnya pemakan daun-daun yang jatuh,
bibit, buah-buahan, dan bunga, mengolah nutrisi dan membantu untuk menentukan
penyebaran dan komposisi flora asli. Sebagian besar kepiting merah ini hidup
secara soliter di lubang yang mereka gali sendiri di seluruh lantai hutan.
Selama musim kemarau mereka memasuki lubang sarangnya ini untuk mempertahankan
kelembaban tubuh dan akan tetap di sana selama dua sampai tiga bulan.
Kepiting Merah
Pada setiap musim penghujan, jutaan kepiting merah akan keluar dari
sarangnya dan berkeliaran mencari pasangan. Mereka akan bermigrasi dari tengah
hutan menuju pinggir pantai untuk bertelur setelah melakukan perkawinan. Telur
dari sang betina akan dimasukkan ke dalam lubang sarang baru di pinggir pantai selama
beberapa hari, sebelum akhirnya menetas dan pergi menuju ke laut ketika airnya pasang,
yaitu antara bulan kuartal terakhir dan bulan baru. Telur kepiting merah
menetas langsung, dan hidup muda sebagai larva di laut selama satu bulan
sebelum kembali ke garis pantai, melakukan molting,
dan perlahan-lahan kembali ke daratan untuk memulai siklus baru.
Yang
menarik dari kehidupan kepiting merah adalah, proses migrasi para kepiting ini
yang menjadi objek wisata tersendiri bagi para turis yang mengunjungi Pulau Christmas
ini. Bagaimana tidak, pada musim-musim migrasi itu di sepanjang jalan Pulau
Christmas akan berubah menjadi warna merah akibat jutaan kepiting merah yang
seolah menguasai Pulau Christmas, jutaan kepiting akan bersama-sama bermigrasi
serentak tanpa ada yang tertinggal. Penduduk setempat bahkan menamainya dengan
‘musim kepiting’ ketika tiba masanya kepiting merah Australia bermigrasi.
Kepiting-kepiting tersebut akan menyebrangi jalanan raya untuk sampai pada
tempat tujuan mereka untuk bertelur, yaitu pantai.
Hewan
yang aktif di siang hari ini perlu waktu hingga 18 hari untuk melakukan
perjalanan dari hutan, menyeberang jalan dan turun ke pantai. Akibatnya,
aktivitas penduduk terutama pengguna jalan akan terganggu ketika terjadi musim
kepiting. Oleh karenanya, pemerintah setempat sudah menyediakan jalur khusus
untuk penyebrangan kepiting merah Australia. Bahkan selama musim kepiting ini,
jalan-jalan di Pulau Christmas yang menjadi jalur kepiting akan ditutup. Namun,
perlu hati-hati juga jika ingin mengamati kepiting ini dari dekat, karena
kepiting ini adalah pemakan apa saja. Mereka bisa memakan daun-daun gugur,
buah-buahan, bunga, biji-bijian, hewan mati, bahkan memakan temannya sendiri
dan sampah manusia. Selain itu, kepiting ini juga bisa menganggu aktivitas
penduduk ketika melewati jalan raya. Kepiting-kepiting yang melintasi jalanan
bisa membuat ban kendaraan motor menjadi bocor karena capit mereka.
Tertarik
untuk berkunjung ke Pulau Christmas menyaksikan secara langsung pawai kepiting
merah Australia di musim kepiting? (Ajeng reff : radioaustralia.net.au ; animals.nationalgeographic.com/animals/invertebrates/red-crab/)
0 komentar:
Posting Komentar