Demam berdarah adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk. Virus dengue
masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti kemudian berinteraksi dengan
antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Penyakit ini ditandai dengan
demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam.
Morfologi virus dengue seperti beberapa
flavivirus, terdiri dari genom single-stranded RNA yang dikelilingi oleh suatu
ikosahedral atau isometric nukleokapsid. Virion dengue merupakan partikel
sferis dengan diameter nukleokapsid 30 nm dan ketebalan selubung 10 nm,
sehingga diameter virion kira-kira 50 nm. Genom virus dengue terdiri dari asam
ribonuklead berserat tunggal, panjangnya kira-kira 11 kilobasa. Genom terdiri
dari protein struktural dan protein non struktural, yaitu gen C mengkode
sintesa nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein M (Membran) dan
gen E mengkode sintesa glikoprotein selubung/ Evelope.
Partikel virus yang belum matang
(immature) mengandung lebih banyak protein rekursor (prM) dan kurang infeksius
dibandingkan virion lengkap yang dilepaskan. Virus ini stabil pada ph 7-9 dan
pada suhu rendah, sedang pada suhu yang relative tinggi infektivitasnya cepat menurun.
Sifat dengue yang lain adalah sangat peka terhadap beberapa zat kimia seperti
sodium deoxycholate, eter, kloroform dan garam empedu karena adanya amplop
lipid. Bentuk batang, sensitif terhadap inaktivasi oleh Dietil eter dan Na
dioksikolat, stabil pada suhu 70°C (Kusumawati, 2005).
Di Indonesia dengue fever lebih populer
disebut penyakit demam berdarah. Penyakit ini sering kali menjangkiti
masyarakat Indonesia mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang dewasa pada saat musim penghujan datang. Karena banyak
air menggenang yang digunakan oleh nyamuk sebagai sarang.
Penyakit
ini merambah hampir diseluruh negara,
demam berdarah menempati posisi kedua di belakang malaria dalam hal penyakit
yang dibawa nyamuk dengan perkiraan 50-100000000 kasus per tahun. Dunia
Kesehatan Organiziation melaporkan bahwa demam berdarah adalah endemik di
sedikitnya 100 negara, yang mewakili sekitar 40% dari populasi dunia. Dan demam
berdarah menyebar nyamuk yang dapat menularkan penyakit menyerang wilayah baru.
Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus dengue memiliki
kemampuan jahat untuk menyebabkan perubahan dalam ekspresi gen dalam nyamuk
sesuai virus 'kebutuhan’.
Meskipun
tidak mematikan seperti malaria, demam berdarah masih merupakan beban kesehatan
masyarakat di seluruh dunia karena rawat inap diperlukan untuk mengobati
pasien. Selain itu, tidak ada obat antivirus atau vaksin khusus untuk mengobati
atau mencegah demam berdarah. Tahun lalu, sebuah percobaan klinis untuk vaksin
dengue dilakukan di Thailand dengan harapan yang tinggi, tetapi menghasilkan
hasil yang beragam.
Vaksin
terbukti cukup efektif dalam mencegah penyakit dari tiga serotipe, pemotongan
tingkat infeksi oleh 55,6% untuk serotipe 1, 75,3% untuk serotipe 3, dan 100%
untuk serotipe 4 setelah tiga suntikan. Tapi itu memberikan mendekati nol
perlindungan terhadap serotipe dengue, yang merupakan salah satu yang paling
umum di wilayah tersebut dan yang paling bertanggung jawab untuk penyakit yang
parah di seluruh dunia.
Setelah vaksin, ada metode untuk mencegah penyakit
dengan menggunakan rekayasa genetik (GM) untuk
memberantas nyamuk populasi Aedes aegypti
di Florida Keys. Aedes aegypti
diubah, direkayasa oleh perusahaan bioteknologi
Inggris Oxitec dan diberi nama suram OX513A, sehingga membawa gen bahwa ketika diteruskan akan
membunuh generasi nyamuk berikutnya.
Protein yang dihasilkan dari gen ini mematikan jentik nyamuk.
Yang paling terbaru adalah metode memasukkan
Wolbachia, genus bakteri simbiosis yang cepat dan stabil dapat menginfeksi serangga-infeksi
yang diturunkan dari ibu ke anak. Satu strain Wolbachia tertentu, wMel, yang
secara alami menginfeksi Drosophila (lalat buah) tetapi tidak menginfeksi Aedes
aegypti, telah menarik karena infeksinya melindungi Drosophila
terhadap infeksi oleh virus RNA tertentu. Karena virus dengue tersusun materi
genetik berupa RNA, ini mengangkat kemungkinan menggunakan Wolbachia sebagai
sarana untuk mencegah infeksi virus dengue pada nyamuk. Inovasi ini
menyebabkan pro dan kontra dari strategi baik, itu
juga penting untuk mengevaluasi risiko wabah demam berdarah di masa depan.
~Semua yang diciptakan di dunia ini ada manfaatnya.
Jika kita terlalu kejam membasminya sekarang bisa jadi itu akan kita cari
dikemudian hari~
(mayta)
sumber:
http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2004022601454053.
diakses tanggal 7 maret 2009
https://www.youtube.com/watch?v=0PUsdv1kDTc
Kusumawati, R. Lia. 2005.
Teori Sequential Infection dari Halstead.
Siswono.2004. Demam Berdarah Dengue dan Permasalahannya.