Sebelum
dikenal pengobatan modern, diseluruh dunia banyak berkemabang berbagai macam
metode pengobatan tradisional dengan berbagai macam ritual atau cara yang
dipercayai dapat meyembuhkan suatu penyakit bagi segologan orang. Salah satu
metode pengobatan tradisional yang masih eksis hingga saat ini adalah
pengobatan tradisional yang berasal dari Cina yaitu teknik pengobatan akupunktur.
Akupuntur, metode pengobatan ini memang sudah tak asing lagi di telinga kita,
di kota-kota besar di Indonesia banyak klinik pengobatan tradisional yang
menggunakan metode ini sebagai salah satu cara penyembuhan bagi para pasien
dengan beragai keluhan peyakit yang dideritanya, dan setelah melakukan metode
penyembuhan tersebut tak sedikit orang yang merasakan kasiat dari metode pengobatan
ini, sehingga kini klinik pengobatan
tradisional ini pun makin menjamur di Indonesia dan di negara-negara lain.
Yang menjadi pertanyaan apakah metode
penyembuhan ini benar-benar dapat menyembuhkan penyakit, atau hanya sugesti
dari dalam diri pasien sehingga pasien itu dapat sembuh dari penyakitnya?
Bagaimana sejarah akupuntur yang berasal dari cina, sehingga kini dapat
digunakan oleh orang di berbagai belahan dunia.
Ini dia asal kata akupunktur, yaitu berasal dari kata Acus dan Puncture yang merupakan kata dari bahasa latin. Acus artinya jarum dan punctura artinya menusuk atau tusukan.
Sehingga dapat kita artikan Akupunktur merupakan suatu system pengobatan
tradisonal yang menggunakan teknik menusukan jarum pada titik-titik akupuntur
tertentu dangan indikasi yang ada. Nama asli akupuntur adalah Zhen Jiu, Zhen
yang artinya jarum dan Jiu yang artinya pemanas atau api. Nah loh kok ada api
nya? Ini karena selain meggunakan metode penusukan jarum sebagai titik
perangsang akupuntur, Zhen Jiu juga menggunakan
moksa, yang merupakan teknik perangsangan titik akupunktur dengan
menggunakan efek panas (moksibusi) dari sejenis tanaman obat yang dikenal
dengan Artemisia vulgaris
Tanaman
ini dikeringkan lalu dibuat menjadi bentuk batang atau kerucut kecil atau
dibiarkan dalam bentuk serbuk untuk kemudian dibakar dan akan menghasilkan
panas. Efek panas yang ditmbulkan dari pembakaran Artemisia inilah yang
digunakan untuk menstimulasi atau merangsang titik-titik akupuktur yang sudah
ditentukan berdasarkan indikasi penyakit yang ada.
Orang
Cina mengatakan bahwa tubuh atau raga manusia mengandung jenis kekuatan energi
yang tersalurkan melalui jalur atau garis tertentu, yang mengandung daya
kekuatan yang dinamakan alur atau garis meridian. Sejak lahir hingga meninggal
energi ini selalu mengalir ke berbagai jaringan didalam tubuh yang tersalur
dalam suatu garis meridian yang memiliki 800 jalur akupunktur, lewat
jalur-jalur ini lah para tabib menjalankan praktek penjaruman akupresur, maupun
moksibasi.
Ilmu
Akupunktur, Akupressure, Cop–Moksibusi adalah bagian dari ilmu pengobatan Cina.
Menurut buku Huang Ti Nei Cing (The Yellow Emperor's Classic of Internal
Medicine) ilmu ini telah berkembang sejak Jaman Batu, yaitu kira-kira 4–5 ribu tahun
yang lalu, dimana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit. Sebuah
kasus di ungkapkan buku tersebut adalah penyembuhan abses dengan penusukan
jarum batu.
Buku
Huang Ti Nei Ting merupakan sebuah buku ensiklopedi Ilmu Pengobatan Cina yang diterbitkan
pada zaman Cun Ciu Can Kuo yaitu tahun-tahun antara 770–221 sebelum Masehi. Pada
zaman tersebut Ilmu Akupunktur, Akupressure, Cop–Moksibusi berkembang seperti ilmu-ilmu
lainnya di negara tersebut. Bahan jarum berubah dari batu ke bambu, dari bambu
ke tulang dan dari tulang ke perunggu. Seorang ahli pengobatan pada zaman itu
yang bernama Pien Cie telah berhasil menyembuhkan seorang pangeran bernama Hao
dengan jarum perunggu dari ketidaksadaran selama setengah hari. Pien
mengungkapkanya pengetahuannya dalam buku Nan Cing di mana ia menguraikan cara
pengobatan dengan jarum perunggu serta menjelaskan persoalan-persoalan mengenai
meridian dan titik Akupunktur. Dalam buku Huang Ti Nei Cing diungkapkan juga
mengenai meridian, titik akupunktur, teknik pengobatan dan perjalanan penyakit
serta pengobatanya. Menurut catatan sejarah negara itu, pada zaman Dinasti Tang
(tahun 265–960), ilmu Akupunktur berkembang dengan subur dan mulai menyebar ke
luar negara asalnya yaitu ke Korea, Jepang dan Negara lainnya. Pada waktu itu
sebuah buku Cia I Cing yang ditulis dan disusun oleh seorang ahli pengobatan
terkemuka Huang Pu Mi secara terperinci menjelaskan inti sari
literatur-literatur ahli pengobatan sebelumnya disertai pengolahan pengalaman
pribadinya. Buku inilah yang menyebar ke luar negara asalnya dan sampai saat
ini masih menjadi buku referensi penting bagi seorang akupunkturis .
http://www.faktailmiah.com/2011/05/08/akupuntur.html
Pada
abad ke 17 akupunktur dan moksibasi di Cina mengalami kemunduran. Hal itu
terjadi karena pada saat itu penguasa
dan pemimpin di Cina mulai membuka diri dengan negara Barat. dimana pada saat
itu bangsa Bara tidak suka dengan hal-hal yang bersifat tradisional dan adat
ketimuran. Dan pada saat dinasti Ching (1644-1911) akupunktur dan moksibasi
dianggap kuno, mistik, kolot dan dan amat direndahkan. Dan sebagi gantinya ilmu
kedokteran barat mulai diterangkan dalam dunia kesehaan. Ilmu kedokeran barat
dianggap lebih kompleks dan rumit, hingga jika dibandingkan dengan akupunktur
sangat tidak sebanding dan terlihat amat sederhana. Akibatnya banyak
klinik-klinik akupunktur dan moksibasi banyak yang ditutup dan dilarang
beroperasi. Bahkan pada saat itu terbit peraturan tentang pengucilan bagi
aktivitas pengobatan tradisional itu, namun semenjak undang-undang tersebut
diterbitkan justru para ahli dari negara barat justru bersemangat mempelajari
tentang akupunktur. Misalnya Dr E
kampfer yang mengenaklakan Akupnktur ke negaranya Jerman pada tahun 1683. Dan
pada tahun 1863 terbitlah buku The
Medicine of China dimana Akupunktur dan moksibasi dimasukan dalam bab yang
penting (Hadi kusumo, 1996: 24).
Pada
masa kini, pijat, akupunktur dapat diterima baik di luar negara China, baik di
Eropa, Amerika dan tentusaja di negara-negara Asia sendiri. Sekarang menurut
data statistik 40 negara menggunakan metode akupunktur dalam pengobatan
penyakit. Imbal baliknya juga terasa hingga negara Cina sendiri. Ilm-ilmu dari
negara barat diserapnya hingga terjadi pertukaan ilmu yang serasi, tidak saling
merendahkan, justr saling membantu dan menunjang. Perpaduan tersebut tampak
jelas pada pelayanan akupresur, akupunktur, pijat kop dan moksibasi dengan
digunakan alat-alat serba modern dan serba elektris (Hadi kusumo, 1996: 28).
Salah satu manfaat akupunktur adalah sebagai
anastesi dalam mengurangi rasa nyeri. Metode telah dikenal lama di negara timur
kurang lebih sejak 400 tahun yang lalu. Penggunaa akupunktur sejak zaman perang
dunia ke II menyebabkan teknik ini menyebar di Amerika serikat. Teorinya bahwa aliran kekuatan vital pada meridian tubuh
terganggu pada saat nyeri.meridian yang terganggu dapat dirawat dengan
memeasukan jarum pada titik tertentu di tubuh yang memiiki lebih dari 800 titik
akupunktur. Tindakan ini dapat memperbaiki gangguan dan menimbulkan analgesia.
Sayangnya penempatan posisi penempatan jarum yang tepat berfariasi. Nalokson
(antagonis narkotika) memiliki efek analgesia dala akupunktur, menunjukan ahwa
endorfin harus di sertakan dalam pembentukan analgesia. Hasil penelitian
terkontrol baru-baru ini menunjukan bahwa akupunktur memiliki efek yang sama
dengan plasebo. Oleh karena itu anusiasme anastesi dengan menggunakan
akupunktur mulai berkurang. Namun pada kasus tertentu tetapp bermanfaat untuk
pasien dengan penyakit menahun yang tidak dapat dirawat dengan bentuk
konvesional(Sabiston, David C. 1995:141).
Hadikusumo.
1996. Tusuk Jarum Upaya Penyembuhan Alternatif. Yogyakarta: Kasinus.
Sabiston,
David C. 1995. Buku Ajar Bedah Bagian 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.