Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan
diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah
suku bangsa Indian di Amerikap ada abad 16, untuk keperluan ritual seperti
memuja dewa atau roh. Tetapi kekinian rokok digunakan semata-mata untuk
kesenangan dan kepuasan.
Propaganda mengenai manfaat menghisap benda bebentuk silindris itu juga marak beredar. Dengan iming-iming manfaat yang sebernarnya tidak lebih besar dari resiko yang ditimbulkan, berikut ini beberapa bentuk iming-iming manfaat rokok:
1.
Merokok Mengurangi Resiko Parkinson. (sumber: Impact
of Smoking on Clinical and Angiographic Restenosis After Percutaneous Coronary
Intervention)
2.
Perokok lebih kuat dan cepat sembuh dari Serangan Jantung dan Stroke. (sumber: The
Carbon Monoxide Paradox)
3.
Merokok mengurangi resiko penyakit “Susut Gusi” (Gingival recession)
yang parah (sumber: Smoking
Does Not Increase Risk Of Receding Gums)
4.
Merokok mencegah Asma dan penyakit karena Alergi lainnya. (sumber: Does
tobacco smoke prevent atopic disorders? A study of two generations of Swedish
residents)
5.
Nikotin membunuh kuman penyebab Tuberculosis (TB). (sumber: Shocker:
‘Villain’ nicotine slays TB)
8.
Nitrat Oksida dalam Nikotin mengurangi Radang Usus Besar (sumber: Nitric
oxide mediates a therapeutic effect of nicotine in ulcerative colitis)
9.
Efek transdermal nikotin pada kinerja kognitif (berpikir) penderita Down
Syndrome (sumber: Effects
of transdermal nicotine on cognitive performance in Down’s syndrome)
10.
Merokok baik bagi ibu hamil untuk mencegah Hipertensi di masa kehamilan dan
penularan ibu-anak infeksi Helicobacter pylori (sumber: Urinary
cotinine concentration confirms the reduced risk of preeclampsia with tobacco
exposure).
Sebagai konsumen kita harus
benar-benar mencari apakah iming-iming manfaat
rokok itu benar adanya. Karena sumber lain memiliki opini yang sangat bertolak
belakang, mengenai banyaknya riset yang membuktikan bahwa rokok sangat
menyebabkan ketergantungan, di
samping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung, penyakit
pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi
kelahiran, dan emfisema. Hal ini disebabkan komposisi zat penyusun
rokok.
Bahan penyusun rokok yang pertama adalah Nikotin, kandungan dapat menyebabkan perokok merasa
rileks. Kemudian Tar, yang
terdiri dari lebih dari 4.000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya
bersifat karsinogenik. Selain itu terdapat Sianida, senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia
organik yang mudah terbakar dan tidak berwarna. Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan
radioaktif. Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling
sederhana yang juga dikenal sebagai metil alkohol. Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan
hidrokarbon alkuna yang paling sederhana. Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat
beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu. Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan
untuk mengawetkan mayat. Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk
membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan
pestisida. Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap
buangan mobil dan motor.
Sebenarnya apapun yang telah diciptakan di dunian ini, mempunyai manfaat. Tergantung dari niatan dan tujuan kita. Jika memang bagian dari rokok bermanfaat, bukan berarti kita harus mulai merokok atau meneruskan kebiasaan menghisap tembakau. Tetapi jika memang bahan dari penyusun rokok itu berbahaya, kita juga tidak semena-mena berkata bahwa zat-zat penyusun rokok tidak ada gunanya. Hak teman-teman untuk percaya atau tidak bahwa nikotin dan zat-zat lain yang juga berasal dari alam dan berada di dalam rokok juga mempunyai kegunaan. Wallahua’lam.(may)