Selasa, 09 Juni 2015 By: Himabio UNY

ANTARA MITOS DAN FAKTA PENGOBATAN TUSUK JARUM AKUPUNKTUR


Sebelum dikenal pengobatan modern, diseluruh dunia banyak berkemabang berbagai macam metode pengobatan tradisional dengan berbagai macam ritual atau cara yang dipercayai dapat meyembuhkan suatu penyakit bagi segologan orang. Salah satu metode pengobatan tradisional yang masih eksis hingga saat ini adalah pengobatan tradisional yang berasal dari Cina yaitu teknik pengobatan akupunktur. Akupuntur, metode pengobatan ini memang sudah tak asing lagi di telinga kita, di kota-kota besar di Indonesia banyak klinik pengobatan tradisional yang menggunakan metode ini sebagai salah satu cara penyembuhan bagi para pasien dengan beragai keluhan peyakit yang dideritanya, dan setelah melakukan metode penyembuhan tersebut tak sedikit orang yang merasakan kasiat dari metode pengobatan ini, sehingga kini  klinik pengobatan tradisional ini pun makin menjamur di Indonesia dan di negara-negara lain. Yang  menjadi pertanyaan apakah metode penyembuhan ini benar-benar dapat menyembuhkan penyakit, atau hanya sugesti dari dalam diri pasien sehingga pasien itu dapat sembuh dari penyakitnya? Bagaimana sejarah akupuntur yang berasal dari cina, sehingga kini dapat digunakan oleh orang di berbagai belahan dunia.
Ini dia asal kata akupunktur, yaitu berasal dari kata Acus dan Puncture yang merupakan kata dari bahasa latin. Acus artinya jarum dan punctura artinya menusuk atau tusukan. Sehingga dapat kita artikan Akupunktur merupakan suatu system pengobatan tradisonal yang menggunakan teknik menusukan jarum pada titik-titik akupuntur tertentu dangan indikasi yang ada. Nama asli akupuntur adalah Zhen Jiu, Zhen yang artinya jarum dan Jiu yang artinya pemanas atau api. Nah loh kok ada api nya? Ini karena selain meggunakan metode penusukan jarum sebagai titik perangsang akupuntur, Zhen Jiu juga menggunakan  moksa, yang merupakan teknik perangsangan titik akupunktur dengan menggunakan efek panas (moksibusi) dari sejenis tanaman obat yang dikenal dengan Artemisia vulgaris
 













Tanaman ini dikeringkan lalu dibuat menjadi bentuk batang atau kerucut kecil atau dibiarkan dalam bentuk serbuk untuk kemudian dibakar dan akan menghasilkan panas. Efek panas yang ditmbulkan dari pembakaran Artemisia inilah yang digunakan untuk menstimulasi atau merangsang titik-titik akupuktur yang sudah ditentukan berdasarkan indikasi penyakit yang ada.
Orang Cina mengatakan bahwa tubuh atau raga manusia mengandung jenis kekuatan energi yang tersalurkan melalui jalur atau garis tertentu, yang mengandung daya kekuatan yang dinamakan alur atau garis meridian. Sejak lahir hingga meninggal energi ini selalu mengalir ke berbagai jaringan didalam tubuh yang tersalur dalam suatu garis meridian yang memiliki 800 jalur akupunktur, lewat jalur-jalur ini lah para tabib menjalankan praktek penjaruman akupresur, maupun moksibasi.
Ilmu Akupunktur, Akupressure, Cop–Moksibusi adalah bagian dari ilmu pengobatan Cina. Menurut buku Huang Ti Nei Cing (The Yellow Emperor's Classic of Internal Medicine) ilmu ini telah berkembang sejak Jaman Batu, yaitu kira-kira 4–5 ribu tahun yang lalu, dimana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit. Sebuah kasus di ungkapkan buku tersebut adalah penyembuhan abses dengan penusukan jarum batu.
Buku Huang Ti Nei Ting merupakan sebuah buku ensiklopedi Ilmu Pengobatan Cina yang diterbitkan pada zaman Cun Ciu Can Kuo yaitu tahun-tahun antara 770–221 sebelum Masehi. Pada zaman tersebut Ilmu Akupunktur, Akupressure, Cop–Moksibusi berkembang seperti ilmu-ilmu lainnya di negara tersebut. Bahan jarum berubah dari batu ke bambu, dari bambu ke tulang dan dari tulang ke perunggu. Seorang ahli pengobatan pada zaman itu yang bernama Pien Cie telah berhasil menyembuhkan seorang pangeran bernama Hao dengan jarum perunggu dari ketidaksadaran selama setengah hari. Pien mengungkapkanya pengetahuannya dalam buku Nan Cing di mana ia menguraikan cara pengobatan dengan jarum perunggu serta menjelaskan persoalan-persoalan mengenai meridian dan titik Akupunktur. Dalam buku Huang Ti Nei Cing diungkapkan juga mengenai meridian, titik akupunktur, teknik pengobatan dan perjalanan penyakit serta pengobatanya. Menurut catatan sejarah negara itu, pada zaman Dinasti Tang (tahun 265–960), ilmu Akupunktur berkembang dengan subur dan mulai menyebar ke luar negara asalnya yaitu ke Korea, Jepang dan Negara lainnya. Pada waktu itu sebuah buku Cia I Cing yang ditulis dan disusun oleh seorang ahli pengobatan terkemuka Huang Pu Mi secara terperinci menjelaskan inti sari literatur-literatur ahli pengobatan sebelumnya disertai pengolahan pengalaman pribadinya. Buku inilah yang menyebar ke luar negara asalnya dan sampai saat ini masih menjadi buku referensi penting bagi seorang akupunkturis .



http://www.faktailmiah.com/2011/05/08/akupuntur.html 

Pada abad ke 17 akupunktur dan moksibasi di Cina mengalami kemunduran. Hal itu terjadi karena pada saat itu  penguasa dan pemimpin di Cina mulai membuka diri dengan negara Barat. dimana pada saat itu bangsa Bara tidak suka dengan hal-hal yang bersifat tradisional dan adat ketimuran. Dan pada saat dinasti Ching (1644-1911) akupunktur dan moksibasi dianggap kuno, mistik, kolot dan dan amat direndahkan. Dan sebagi gantinya ilmu kedokteran barat mulai diterangkan dalam dunia kesehaan. Ilmu kedokeran barat dianggap lebih kompleks dan rumit, hingga jika dibandingkan dengan akupunktur sangat tidak sebanding dan terlihat amat sederhana. Akibatnya banyak klinik-klinik akupunktur dan moksibasi banyak yang ditutup dan dilarang beroperasi. Bahkan pada saat itu terbit peraturan tentang pengucilan bagi aktivitas pengobatan tradisional itu, namun semenjak undang-undang tersebut diterbitkan justru para ahli dari negara barat justru bersemangat mempelajari tentang  akupunktur. Misalnya Dr E kampfer yang mengenaklakan Akupnktur ke negaranya Jerman pada tahun 1683. Dan pada tahun 1863 terbitlah buku The Medicine of China dimana Akupunktur dan moksibasi dimasukan dalam bab yang penting (Hadi kusumo, 1996: 24).
Pada masa kini, pijat, akupunktur dapat diterima baik di luar negara China, baik di Eropa, Amerika dan tentusaja di negara-negara Asia sendiri. Sekarang menurut data statistik 40 negara menggunakan metode akupunktur dalam pengobatan penyakit. Imbal baliknya juga terasa hingga negara Cina sendiri. Ilm-ilmu dari negara barat diserapnya hingga terjadi pertukaan ilmu yang serasi, tidak saling merendahkan, justr saling membantu dan menunjang. Perpaduan tersebut tampak jelas pada pelayanan akupresur, akupunktur, pijat kop dan moksibasi dengan digunakan alat-alat serba modern dan serba elektris (Hadi kusumo, 1996: 28).
 Salah satu manfaat akupunktur adalah sebagai anastesi dalam mengurangi rasa nyeri. Metode telah dikenal lama di negara timur kurang lebih sejak 400 tahun yang lalu. Penggunaa akupunktur sejak zaman perang dunia ke II menyebabkan teknik ini menyebar di Amerika serikat. Teorinya bahwa   aliran kekuatan vital pada meridian tubuh terganggu pada saat nyeri.meridian yang terganggu dapat dirawat dengan memeasukan jarum pada titik tertentu di tubuh yang memiiki lebih dari 800 titik akupunktur. Tindakan ini dapat memperbaiki gangguan dan menimbulkan analgesia. Sayangnya penempatan posisi penempatan jarum yang tepat berfariasi. Nalokson (antagonis narkotika) memiliki efek analgesia dala akupunktur, menunjukan ahwa endorfin harus di sertakan dalam pembentukan analgesia. Hasil penelitian terkontrol baru-baru ini menunjukan bahwa akupunktur memiliki efek yang sama dengan plasebo. Oleh karena itu anusiasme anastesi dengan menggunakan akupunktur mulai berkurang. Namun pada kasus tertentu tetapp bermanfaat untuk pasien dengan penyakit menahun yang tidak dapat dirawat dengan bentuk konvesional(Sabiston, David C. 1995:141).

Hadikusumo. 1996. Tusuk Jarum Upaya Penyembuhan Alternatif. Yogyakarta: Kasinus.

Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah Bagian 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

0 komentar: